
- Select a language for the TTS:
- Indonesian Female
- Indonesian Male
- Language selected: (auto detect) - ID
Play all audios:
Fasisme mati dengan tusukan pancang di ulu hatinya. Komunisme — atau paling tidak dalam bentuk Marxis-Leninisnya — telah sepenuhnya didiskreditkan. Ekstremisme religius memang mencolok,
tetapi mereka tidak benar-benar dirancang untuk memenangkan perlombaan senjata mutakhir atau memukau pihak lain dengan budaya pop superiornya. Dalam buku _The End of History and the Last
Man_, Francis Fukuyama percaya kalau kemenangan demokrasi liberal dan kapitalisme menandai titik akhir dari peradaban manusia. Tapi, apakah dia benar? Bukan komunisme, fasisme, atau
kapitalisme, berikut 7 ideologi asing yang turut memengaruhi dunia modern. 1. KRITARSI somalimuseum.org Sistem ini umumnya digunakan untuk menggambarkan periode di Israel kuno ketika bangsa
itu diperintah oleh hakim, dan banyak yang berasumsi bahwa kritarsi hanya sampai di bagian itu. Namun, makna kritarsi telah berkembang di zaman modern untuk menggambarkan sistem
kewarganegaraan yang didasarkan pada hukum adat dan keadilan yang setara. Tidak ada legislatif pusat, hanya badan hukum adat yang didasarkan pada "hak alamiah." Hakim dan
kepolisian tidak didasarkan pada otoritas pusat apa pun tetapi menjadi bagian dari sistem yang kompetitif. Sistem ini sebenarnya sedang dipraktekkan di Somalia, berbasis di sekitar sistem
hukum tradisional yang dikenal sebagai Xeer. Dilansir dari buku _Libertarian Anarchy: Against the State_, Xeer disatukan oleh sistem loyalitas klan yang menyediakan asuransi. Jika anggota
satu klan merugikan yang lain, klan mereka harus membayar kompensasi. Mereka yang melanggar hukum akan kehilangan perlindungan klan mereka dan menjadi penjahat yang kekurangan ganti rugi
hukum. Sifat kritarik ala Somalia ini telah mengilhami kaum anarkis dan libertarian Barat dengan gagasan masyarakat modern yang tidak perlu bergantung pada negara untuk berfungsi secara
efektif. Kurangnya otoritas dari negara juga dipandang sebagai manfaat yang dapat mengarah pada investasi swasta dan pembangunan ekonomi. Namun pada kenyataannya, sistem Xeer memiliki
masalah besar. Ini adalah sistem yang didominasi laki-laki, di mana hanya laki-laki yang membawa kasus ke para penatua. Singkatnya, Xeer lebih memiliki kesamaan dengan masyarakat tradisional
yang menghargai kehormatan daripada keadilan. 2. ANTI-NATALISME euronews.com Sudah menjadi kepercayaan umum kalau eksistensi adalah hal yang baik. Namun, filsuf David Benatar tidak setuju.
Logikanya adalah bahwa sementara rasa sakit itu buruk dan kesenangan itu baik, tidak ada rasa sakit itu selalu baik dan kurangnya kesenangan itu hanya buruk jika manusia ada untuk
merasakannya. Dalam hidup, penderitaan dan kematian memang tidak terhindarkan, sementara kesenangan bergantung pada faktor-faktor yang sewenang-wenang dan pada akhirnya berlalu dengan cepat.
Seperti yang dilansir dari laman _H+ Magazine_, gagasan ini menganggap kalau memiliki anak adalah sebuah keputusan yang egois. Menurut mereka, meskipun kalian mungkin mendapat manfaat dari
memiliki anak, bahaya eksistensinya dapat melebihi manfaat yang mungkin ada. Etos anti-natalisme juga dapat digabungkan dengan keprihatinan moral atas efek keberadaan manusia terhadap
lingkungan. Penggabungan konsep-konsep ini telah menyebabkan perkembangan _Voluntary Human Extinction Movement_ atau VHEMT. Kelompok ini didirikan oleh Les Knight, mantan anggota_ Zero
Population Growth_ yang menganjurkan pasangan agar memiliki tidak lebih dari dua anak. Pergerakan ini tumbuh seiring dengan meningkatnya populasi dunia, di mana habitat alami yang hancur dan
sumber daya mulai terkuras. Kelompok ini tidak menganjurkan sterilisasi paksa atau mendorong bunuh diri, hanya memiliki motto, "Semoga kita hidup lama dan mati." Pandangan VHEMT
juga tidak mencerminkan pandangan semua anti-natalis yang ada di dunia. 3. EURASIANISME providencemag.com Pada akhir abad ke-19, sebuah gerakan intelektual dan politik berkembang di Rusia.
Gerakan ini berusaha mendefinisikan Rusia sebagai bagian dari budaya "Oriental" daripada budaya Barat. Gerakan ini memuncak dalam penerbitan risalah berjudul _Turn to the East_
pada tahun 1921 oleh seorang kulit putih Rusia yang selamat dari Revolusi Rusia. Ideologi itu menyebut Rusia-Eurasia sebagai sebuah peradaban yang dipengaruhi oleh bangsa Mongol dan nomad
lainnya, sebuah "benua ketiga" yang berbeda dari Eropa dan Asia. Sebuah partai Eurasianisme bahkan dibentuk di Berlin pada tahun 1932 dengan tujuan mengganti Uni Soviet dengan
Marxisme Baratnya yang korup dengan Uni Eurasia. Gerakan itu menentang kaum Bolshevik, Nazi, dan demokrasi liberal Barat, tetapi akhirnya hancur berantakan. Namun pada tahun 1990-an,
runtuhnya Uni Soviet turut menghancurkan komunisme sehingga memberi ruang ideologis bagi Eurasianisme untuk bangkit kembali. Sebuah gerakan neo-Eurasian yang dikenal sebagai National
Bolshevisme didirikan oleh Alexander Dugin, yang menganggapnya sebagai gerakan politik "jalan keempat" yang bertolak belakang dengan demokrasi liberal, komunisme, dan fasisme.
Digambarkan sebagai "sosialisme tanpa materialisme, ateisme, progresif, dan modernisme," gerakan ini menggabungkan unsur-unsur komunisme, fasisme, nasionalisme etnis-Rusia, dan
Kekristenan Ortodoks. Gerakan ini dengan tegas anti-rasis, anti-kapitalis, dan anti-Marxis. Sementara kebangkitan Eurasianisme sebagai gerakan pinggiran cukup mengkhawatirkan, Vladimir
Putin justru menggunakan Eurasianisme sebagai ideologi penerus potensial untuk mematikan Marxisme-Leninisme. Beberapa orang bahkan melihat pencaplokan Krimea sebagai cerminan dari dorongan
Eurasianis di balik kebijakan luar negeri Rusia Putin juga membuat komentar yang telah meningkatkan kecurigaan ini. Dilansir dari laman _The Globe and Mail_, pada tahun 2013 Putin mengatakan
kepada seorang wartawan bahwa, "Kalian mengatakan kalau Rusia terletak di 'antara' Barat dan Timur. Namun faktanya, Barat dan Timur lah yang ada di kiri dan kanan
Rusia." _BACA JUGA: 5 ANIME YANG MENCERITAKAN TERORISME, SEBUAH KONFLIK IDEOLOGI_ 4. KORPORATISME livejournal.com Sementara istilah "korporatisme" digunakan untuk
menggambarkan segala sesuatu dari perundingan bersama hingga kapitalisme kroni, gagasan itu sebenarnya merujuk pada ideologi yang sudah ada sejak abad ke-19. Nama ini tidak berasal dari
_"corporation,"_ tetapi lebih dari istilah Latin_ "corpora"_ yang berarti badan kolektif. Gagasan di balik korporatisme adalah bahwa masyarakat harus diorganisasikan ke
dalam kelompok-kelompok tertentu berdasarkan profesi seperti asosiasi petani, industrialis, pengacara, dokter, dan sebagainya. Asosiasi-asosiasi ini akan menggantikan partai-partai politik,
dan dengan demikian semua status dan hak politik terikat dengan sistem keanggotaan kelompok kepentingan masing-masing. Sistem ini menyerupai versi modern dari sistem monopoli _guild_ lama di
Eropa pada abad pertengahan. Secara historis, korporatisme menjadi terkait dengan gerakan-gerakan fasis dan disesalkan oleh kaum demokrat liberal dan sosialis pada abad ke-20. Gagasan ini
terus berkembang di Asia Timur, terutama Jepang dan Korea Selatan. Namun yang lebih mengejutkan adalah bahwa Tiongkok telah memakai gagasan ini sejak tahun 1989. Mengutip dari buku _Red
Capitalists in China_, Tiongkok mengesahkan korporatisme dengan UU Organisasi yang mengamanatkan bahwa setiap organisasi harus mendaftar kepada pemerintah dan diawasi oleh partai atau
perwakilan pemerintah. Sebagai gantinya, masing-masing organisasi diberi monopoli atas profesi, kegiatan, atau minat tertentu. Lanjutkan membaca artikel di bawah EDITOR’S PICKS dm-player
Runtuhnya Maoisme sebagai filosofi politik rupanya telah menyebabkan perkembangan gagasan yang dirancang untuk menghasilkan harmoni antara negara dan masyarakat ini. Korporatisme menyediakan
struktur politik yang berguna bagi pemerintah komunis Tiongkok, para kapitalis, dan masyarakat sipil yang sedang berkembang untuk berorganisasi tanpa harus khawatir dengan penetrasi idelogi
demokrasi liberal. 5. CHAUVINISME HAN foreignaffairs.com Sekitar 90 persen populasi Tiongkok terdiri dari kelompok etnis Han. Tetapi sejak pertengahan abad ke-17 hingga 1911 Tiongkok berada
di bawah Dinasti Qing yang didirikan oleh orang-orang non-Han alias Manchuria yang memimpin invasi brutal pada abad ke-17. Salah satu prinsip Republik Baru Tiongkok yang didirikan oleh Sun
Yat-sen pada tahun 1912 adalah bahwa Tiongkok tidak akan pernah membiarkan minoritas mengatur mereka lagi. Qing juga dipersalahkan atas kemunduran kekuatan ekonomi dan politik Tiongkok
versus Barat dan Jepang, dan kekalahan militer seperti Perang Candu dan Perang Sino-Jepang. Tiongkok yang baru ini akan menjadi kuat dan diperintah oleh mayoritas Han. Seperti yang dilansir
dari laman _SAIS Observer_, kecenderungan etnosentris dan xenofobik ini akan dikritik di era awal Komunis oleh Mao Zedong, yang menyebutnya sebagai _"Da Hanzu Zhuyi"_ atau
chauvinisme Han. Namun sejak tahun 1980-an, pengaruh ideologis komunisme telah berkurang dengan reformasi ekonomi, sementara demokrasi liberal hanya memiliki pengaruh marginal. Dalam
kekosongan ideologis ini, chauvinisme Han muncul kembali. Chauvinisme Han berpendapat bahwa budaya "Tiongkok" seperti dalam budaya arus utama mayoritas Han lebih unggul dan lebih
beradab daripada budaya minoritas atau budaya asing. Sisi positifnya, chauvinisme ini membantu memberikan legitimasi bagi kebijakan militer Tiongkok dalam masalah-masalah perselisihan
wilayah internasional. Sisi negatifnya adalah semakin parahnya konflik etnis, khususnya di wilayah Tibet dan Xinjiang, dan munculnya sentimen nasionalis yang tak terduga dan kadang-kadang di
luar kemampuan PKT (Partai Komunis Tiongkok) yang kesulitan untuk mengendalikan mereka. 6. SALAFISME pri.org Gerakan ini percaya kalau Islam telah menyimpang dari bentuk murninya — yang
telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad — dan telah rusak oleh ideologi dan filosofi Barat. Namanya berasal dari Al-Salaf Al-Salih, atau "pendahulu yang saleh," sebuah istilah yang
digunakan untuk para sahabat Nabi Muhammad atau tiga generasi pertama Muslim. Asal-usul filosofis Salafisme sendiri dapat ditelusuri kembali ke Ikhwanul Muslimin pada tahun 1928. Salafisme
bertentangan dengan beberapa bentuk pembuatan hukum Islam seperti sekolah Matudiri dan Ashari. Kaum Salafisme percaya bahwa sekolah-sekolah ini telah dirusak oleh filsafat Barat kuno dan
Abad Pertengahan. Salafisme sangat berpengaruh di Arab Saudi, di mana ia terkait dengan fundamentalis Wahabi. Sejak Kebangkitan dunia Arab di tahun 2010 yang terjadi di seluruh Timur Tengah,
beberapa orang Islam mulai beralih ke cita-cita Islam di abad ke-7 yang murni sebagai model bagi masyarakat Islam modern. Namun sementara beberapa orang menyalahkan Salafisme atas
kemunculan ISIS dan organisasi teroris lainnya, tuduhan ini terlalu dangkal. Seperti yang dilansir dari laman _Foreign Policy_, beberapa orang Salafi menolak kekerasan, dan ada laporan bahwa
orang Salafi melindungi gereja-gereja Kristen di Mesir selama demonstrasi di sana. Meskipun demikian, Salafisme tetap menjadi sistem moral dan politik yang kaku, yang menolak hak minoritas
dan hak-hak perempuan. Namun ketika jihadisme politik telah memudar, Salafisme akan bergerak ke dalam kekosongan politik dan akan bertambah kuat di masa depan. 7. ANARKO-PRIMITIVISME
medium.com Filosofi ini percaya kalau perpindahan dari gaya hidup pemburu-pengumpul ke gaya pertanian adalah kesalahan besar, dan kesulitan yang dihadapi umat manusia selama 10.000 tahun
terakhir sebagian besar disebabkan oleh kesalahan kolektif ini. Mengutip dari laman _The Anarchist Library_, mereka percaya pada mimpi anarkis tentang pembongkaran negara tetapi melangkah
lebih jauh dan mengatakan bahwa peradaban itu sendiri harus runtuh. Bagi mereka, meninggalkan teknologi industri dan kembali ke keadaan alami akan mengurangi kejahatan stratifikasi sosial,
struktur kekuatan koersif, keterasingan, dan pertumbuhan populasi manusia. Filsuf Anarko- Primitif, John Zerzan bahkan percaya bahwa secara simbolis bahasa telah merendahkan pengalaman nyata
yang dijalani manusia dengan mengatakan, "Setiap dimensi simbolis — waktu, bahasa, seni, angka — adalah mediasi antara diri kita dan kenyataan. Kita lebih 'hidup' sebelum
dimensi-dimensi ini tiba." Nah, itu tadi 7 ideologi yang terdengar asing namun turut memengaruhi dunia modern. Sebelum menganut atau mengaplikasikan sebuah ideologi, alangkah baiknya
untuk tidak menerimanya secara mentah-mentah dan menyaringnya terlebih dahulu; mengambil bagian positifnya dan meninggalkan bagian yang dianggap negatif. Sumber:
https://www.bloomsbury.com/us/libertarian-anarchy-9781441144676/ http://hplusmagazine.com/2014/10/13/better-never-born-anti-natalism/
http://www.theglobeandmail.com/globe-debate/has-putin-bought-into-these-dangerous-ideas/article17610287/ https://www.jstor.org/stable/24562295
https://saisobserver.org/2014/04/07/han-chauvinismexceptionalism-the-problem-with-han-chauvinism/ https://foreignpolicy.com/2012/09/12/the-salafi-moment/
http://theanarchistlibrary.org/library/anonymous-what-is-anarcho-primitivism _BACA JUGA: [OPINI] MENGENAL BERBAGAI IDEOLOGI DARI CARA MEREKA MEMBAGI SAWAH_ IDN Times Community adalah media
yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.