
- Select a language for the TTS:
- Indonesian Female
- Indonesian Male
- Language selected: (auto detect) - ID
Play all audios:
Jakarta, IDN Times - Dewan Pembina Youth of Indonesia, Gustika Jusuf Hatta, sebut pemerintah masih menggunakan pendekatan yang keliru dalam menangani isu kekerasan di Papua.
Hal itu disampaikan olehnya pada acara Live Streaming Pelantikan Jokowi-Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2019-2024 di IDN Media HQ, Jakarta Selatan, Minggu (20/10).
"Menanggapi Papua tidak hanya berbicara hitam-putih, pendekatan birokrasi masih bermasalah. Dari cara mereka masih salah. Saya pernah bersama lembaga pemerintah mengunjungi Papua, dari cara
mereka berdialog dengan anak mudanya salah," kata cucu dari proklamator, Bung Hatta.
Selain itu, ia menilai ada stigma tertentu yang masih melekat pada orang-orang di Papua. Masih ada saja orang-orang yang mempersepsikan bahwa orang-orang Papua suka minum-minum. Bisa
dibilang hal itu seperti bentuk stereotipe.
"Stigma Papua stereotipe, padahal banyak mereka tumbuh besar di gereja , karena sekolah belum bisa memberikan hal yang maksimal akibat kekurangan guru dll. Pendidikan tak bisa memberikan
pendidikan dengan baik saat tumbuh-kembang dan birokrasinya yang salah banget," tegasnya.
Seharusnya, Gustika menyebut pemerintah tak harus menilai orang-orang Papua yang ada di dua sisi saja, baik itu yang ingin berpisah dari NKRI atau yang ingin tetap masih jadi bagian dari
Indonesia. Jadi, pemerintah harus juga mengerti masalah yang dihadapi.
Oleh sebab itu, ia berharap di masa pemerintahan Jokowi-Ma'ruf nanti, pemerintah bisa melakukan pendekatan yang sesuai agar masalah di Papua bisa terselesaikan.
Acara pelantikan presiden dan wakil presiden sendiri selesai dilaksanakan pada Minggu, pukul 17.00 WIB di Gedung MPR RI. Dalam Pilpres 2019, pasangan Jokowi-Ma'ruf berhasil memenangkan suara
85.607.362 atau 55,50 persen.
Berdasarkan perolehan suara tersebut, akhirnya Jokowi-Ma'ruf pun terpilih menjadi presiden dan wakil presiden periode 2019-2024.
Jakarta, IDN Times - Dewan Pembina Youth of Indonesia, Gustika Jusuf Hatta, sebut pemerintah masih menggunakan pendekatan yang keliru dalam menangani isu kekerasan di Papua.
Hal itu disampaikan olehnya pada acara Live Streaming Pelantikan Jokowi-Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2019-2024 di IDN Media HQ, Jakarta Selatan, Minggu (20/10).
"Menanggapi Papua tidak hanya berbicara hitam-putih, pendekatan birokrasi masih bermasalah. Dari cara mereka masih salah. Saya pernah bersama lembaga pemerintah mengunjungi Papua, dari cara
mereka berdialog dengan anak mudanya salah," kata cucu dari proklamator, Bung Hatta.
Selain itu, ia menilai ada stigma tertentu yang masih melekat pada orang-orang di Papua. Masih ada saja orang-orang yang mempersepsikan bahwa orang-orang Papua suka minum-minum. Bisa
dibilang hal itu seperti bentuk stereotipe.
"Stigma Papua stereotipe, padahal banyak mereka tumbuh besar di gereja , karena sekolah belum bisa memberikan hal yang maksimal akibat kekurangan guru dll. Pendidikan tak bisa memberikan
pendidikan dengan baik saat tumbuh-kembang dan birokrasinya yang salah banget," tegasnya.
Seharusnya, Gustika menyebut pemerintah tak harus menilai orang-orang Papua yang ada di dua sisi saja, baik itu yang ingin berpisah dari NKRI atau yang ingin tetap masih jadi bagian dari
Indonesia. Jadi, pemerintah harus juga mengerti masalah yang dihadapi.
Oleh sebab itu, ia berharap di masa pemerintahan Jokowi-Ma'ruf nanti, pemerintah bisa melakukan pendekatan yang sesuai agar masalah di Papua bisa terselesaikan.
Acara pelantikan presiden dan wakil presiden sendiri selesai dilaksanakan pada Minggu, pukul 17.00 WIB di Gedung MPR RI. Dalam Pilpres 2019, pasangan Jokowi-Ma'ruf berhasil memenangkan suara
85.607.362 atau 55,50 persen.
Berdasarkan perolehan suara tersebut, akhirnya Jokowi-Ma'ruf pun terpilih menjadi presiden dan wakil presiden periode 2019-2024.