Ini 6 pelajaran penting tentang dongeng di 'it's okay to not be okay'

feature-image

Play all audios:

Loading...

Serial KDrama _It's Okay to Not be Okay_ memang baru saja berakhir pada 9 Agustus 2020. Namun beberapa karakter, dialog, dan pesan yang terkandung dalam ceritanya tentu akan selalu


diingat para penikmatnya. Salah satunya apa lagi kalau bukan sekumpulan karya fiksi anak berbentuk dongeng yang diperkenalkan Ko Moon-young (Seo Ye-ji). Berperan sebagai penulis sastra anak,


Moon-young tidak hanya menunjukkan dongeng karangannya sendiri, tetapi juga mengenalkan dongeng terkenal yang ceritanya sudah akrab di benak banyak orang seperti _The Red Shoes_, _Beauty


and The Beast_, dan _Rapunzel and the Cursed Castle_. Rupanya, dari sejumlah cerita anak yang tersaji dalam drama tersebut, terselip 6 pelajaran penting tentang dongeng. Apa saja pelajaran


penting itu? Berikut ini ulasannya. 1. DONGENG HARUS MEMUAT BAHASA YANG ESTETIS NAMUN TETAP MUDAH DIPAHAMI ANAK Instagram.com/itsokaytonotbeokay_tvn Meski untuk konsumsi anak, dongeng tetap


merupakan karya fiksi yang salah satu kekuatannya adalah bahasa. Moon-young menunjukkan estetika bahasa itu saat membacakan beberapa karangannya seperti dongengnya yang berjudul _The Teenage


Boy Who Grew Up Eating Nightmares_. Dalam dongeng itu, seorang anak yang muak dengan mimpi buruknya meminta bantuan penyihir agar menghapus semua mimpi buruk itu agar hidup bahagia. Namun


setelah terhapus, ia tidak kunjung menemukan kebahagiaan. Penyihir itu akhirnya berucap ke anak itu dengan ungkapan yang estetis, "_rather than forgetting about them (nightmares), win


over them_." 2. DONGENG HARUS MENGANDUNG NILAI-NILAI YANG MAMPU MEMPERKAYA PEMAHAMAN HIDUP ANAK Instagram.com/itsokaytonotbeokay_tvn Karena dongeng dibuat untuk konsumsi anak-anak, maka


ceritanya harus mengandung nilai-nilai baik yang dapat diaplikasikan dalam hidup mereka. Salah satu dongeng karangan Moon-young yang memuat nilai baik itu adalah _A Spring Day's Dog_


atau _Anjing Musim Semi_. Seekor anjing yang terikat di pohon sekitar taman tampak murung dan menangis sesenggukan setiap malam. Ia ingin bebas namun tidak tahu cara melepaskan tali yang


menjerat lehernya, padahal sebenarnya ia mampu. Lewat cerita ini, Moon-young ingin menyampaikan pesan moral bahwa kadangkala, kebebasan dan kebahagiaan itu begitu dekat, namun seringkali tak


terlihat. Itu terjadi karena kebiasaan hidup yang sudah berubah menjadi rasa nyaman yang sebenarnya terselip pelbagai macam rasa tidak nyaman. _BACA JUGA: 5 TIPS AMPUH HADAPI TRAUMA ALA


IT'S OKAY TO NOT BE OKAY_ 3. DONGENG HARUS MEMUAT PERLAMBANGAN YANG MENARIK MINAT ANAK Instagram.com/itsokaytonotbeokay_tvn Lanjutkan membaca artikel di bawah EDITOR’S PICKS dm-player


Episode terakhir dari _It's Okay to Not be Okay_ begitu jelas menunjukkan perlambangan yang dapat menarik minat anak. Bertajuk _Finding the Real Face_, dongeng karangan Ko Moon-young


ini melukiskan para tokoh di dalamnya dengan hewan dan karakter manusia aneh yang memiliki persamaan karakter dengan beberapa tokoh drama. Seperti tokoh anak dengan kotak di kepala yang


merupakan gambaran dari karakter Sang-tae dan tokoh anak bertopeng yang merupakan kiasan dari karakter Gang-tae. Perlambangan ini diperlukan dalam dongeng agar memikat minat anak dan


memudahkannya dalam menarik pesan moral cerita. 4. TAFSIR ATAS CERITA DONGENG BISA JADI TAKSA ATAU MEMILIKI MAKNA LEBIH DARI SATU Instagram.com/kdramafeed Pada adegan saat Moon-young


mengajar di kelas sastra rumah sakit jiwa, penonton akan mendapatkan pelajaran menarik betapa dongeng bisa memiliki tafsir atau makna yang taksa atau lebih dari satu. Salah satu judul


dongeng yang menjadi perdebatan antara Moon-young dan pasien adalah _Beauty and the Beast_. Bagi Moon-young, dongeng itu tak ubahnya seperti konsep _stockholm syndrome_ di mana si buruk rupa


mengurung si putri cantik dan memaksanya tinggal di istana si buruk rupa dengan harapan agar putri itu kelak mencintainya. Namun bagi salah seorang pasien, itu bukan suatu paksaan,


melainkan usaha baik si buruk rupa agar si putri cantik menjalani hidup baru untuk kemudian menyatakan cintanya kepada si buruk rupa. 5. DONGENG BISA BERANGKAT DARI FAKTA KONKRET YANG


KEMUDIAN DIIMAJINASIKAN Instagram.com/itsokaytonotbeokay_tvn Lewat tokoh Moon-young, drama _It's Okay to Not be Okay_ menunjukkan proses kreatif pengarang dalam menciptakan dongeng.


Hampir setiap peristiwa, kejadian, dan adegan penting memiliki ilustrasi yang mewujud menjadi cerita dongeng. Dongeng terakhir karangan Moon-young di episode penutup drama ini, misalnya,


begitu jelas menampilkan cerita yang sebenarnya merupakan perkembangan karakter sekaligus intisari atau kesimpulan dari drama _It's Okay to Not be Okay_. Pada episode ini, proses


kreatif penciptaan dongeng begitu kentara terlihat dari dialog antara Moon-young dan Sang-tae. 6. ILUSTRASI DONGENG TIDAK MELULU HARUS TAMPAK CERIA DAN BERWARNA CERAH


Instagram.com/itsokaytonotbeokay_tvn Dongeng karangan Moon-young dan ilustrasi yang menyertainya kebanyakan bernuansa gelap. Bahkan dongeng berjudul _The Zombie Child_ tampak menyeramkan,


alih-alih lucu. Meski begitu, nuansa gelap dan menyeramkan itu bukan sesuatu yang harus dihindari dalam penciptaan dongeng. Jika diolah secara tepat, cara ini bisa menghasilkan pesan moral


yang kuat pada pembaca anak untuk menghindari segala hal yang jahat yang biasanya dilukiskan dengan warna gelap dan menyeramkan. Itulah beberapa pelajaran tentang dongeng dari KDrama


_It's Okay to Not be Okay_. Jadi, tidak semua KDrama cuma pamer tokohnya yang cantik dan tampan, kan? _BACA JUGA: 9 REKOMENDASI DRAMA KOREA KEREN SETELAH IT'S OKAY TO NOT BE OKAY


TAMAT_ IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.